Saat itu, hari masih baru..
Sang surya mengintip malu-malu..
Embun menitik pelan-pelan..
Jauh di dalam belantara tampak macan dan singa yang tengah kelelahan..
Embun menitik pelan-pelan..
Jauh di dalam belantara tampak macan dan singa yang tengah kelelahan..
'Jadi,
'bro..Kita sepakat, nih ga kan berebut lagi soal siapa yang bakal jadi
raja?' tanya
macan waktu itu sesaat setelah mereka berduel memperebutkan kekuasaan.
'Deal, dunk, Bro..Cuma, mungkin..ada beberapa wilayah yang menganggap hanya
salah satu dari kita sebagai Raja Hutan..Tapi, pastinya..Kita berdua adalah
Raja Hutan,' jawab singa sambil membetulkan letak duduknya.
Meski
macan dan singa tinggal bersama, tapi setiap pagi, mereka berduel memperebutkan
siapa yang pantas untuk menyandang gelar Raja Hutan. Dan, sama seperti
hari-hari lainnya, tidak ada yang kalah dan menang dalam duel pagi itu. Di pagi
itu, disepakati bahwa mereka tak akan lagi berduel untuk memperebutkan gelar
Raja Hutan.
'Iya,
lha..Kita berdua adalah Si Raja Hutan. Tapi, aku ga mau, ah dipanggil dengan
sebutan Raja..Terlalu resmi..Panggil aku, Macan..Si Macan..' kata macan sambil menarik napas lega. Duel
yang barusan mereka lakukan sangat menguras tenaga tapi juga memberikan
kesegaran.
Angin
sepoi melintas. Menguarkan rasa sejuk. Nyaman yang sangat mereka rasakan ketika
angin itu menyapu tubuh mereka yang bermandi peluh.
'Iya, aku juga ga mau, ah dipanggil dengan sebutan Raja..Raja Singa,
mengingatkan pada suatu penyakit. Ku taksukataksukataksuka,' kata
singa.
'Bagaimana kalo aku memanggilmu 'Bunga'?' tanya macan kemudian.
‘Koq, Bunga?’ tanya singa bingung.
'Biar terdengar lebih imut,' jawab
macan sekenanya.
'Hmmmm..iya juga, sih..eh, panggil aku Leo aja, deh..,' jawab
singa.
'Okelahkalobegitu,' kata macan setuju.
Sejak saat itu, singa dan macan bersama-sama menjadi penguasa hutan. Mereka
menguasai masing-masing wilayah. Meski demikian, keduanya tetap terkenal
sebagai Raja Hutan.
Suatu malam..
Menjelang
dini hari
Ketika bintang tengah menggugus leo dan tahun menciri macan
Kedua Raja Hutan tampak berjalan-jalan santai berkeliling hutan menikmati
suasana malam. Mereka berbincang tentang peristiwa-peristiwa yang akhir-akhir
ini sedang terjadi.
Di langit berpendar cahaya keindahan ketika kedua Raja Hutan tersebut terkejut
mendengar suara bayi manusia di kejauhan. Keduanya bergegas menghampiri
asal suara.Tampak oleh mereka seorang bayi perempuan, mungil..kulitnya
kemerahan..rambutnya hitam lurus. Bayi itu berada dalam sebuah keranjang
buaian. Macan dan singa kaget bercampur gembira. Sesaat suasana menjadi hening.
'Ahhhh..seorang
bayi manusia..Lucuunyaaaaaaaaaaa...,' seru singa gembira memecah kesunyian.
'Iya..bayi..lucu sekali..imut-imut banget. Sudah lama kita tak menemukan
bayi..Panggil Patih King Kong..Biar dia yang 'kan membawanya ke tempat
kita,' kata macan.
Tangis si
bayi terhenti begitu melihat kedua raja hutan itu. Seketika, tangisnya berganti
tawa. Ada dekik di pipinya ketika tertawa.
Kemudian macan dan singa mengaum..Auman yang berarti panggilan. Auman mereka
didengar Sang Patih King Kong yang saat itu tengah berada di pos jaga.
Mendengar auman kedua raja hutan seperti itu, secepat kilat, Patih King Kong
menuju lokasi di mana kedua Raja Hutan saat itu berada.
'Siap, Bos. Ada tugas untuk saya?' tanya Sang Patih kepada macan
dan singa.
'Kamu bawa bayi ini ke tempat kita,' perintah singa sambil menunjuk
bayi itu. Wajahnya tampak berseri-seri gemas melihat sang bayi yang
tengah tertawa-tawa senang seakan sedang diajak bermain oleh mereka.
'WAWWWW..bayiiiiii..lucunyaaaaaaaaa..duhhhh, imut-imut banget, sih..Sini,
biar kugendong kamu, Nak,' ujar Sang patih King Kong seraya mengambil
bayi itu ke dalam
dekapannya.
'Serahkan
kepada Bibi Emban Beruang..Minta Bibi Emban Beruang untuk membersihkan dan
memberinya makan, 'perintah
macan kepada Patih King Kong.
Berempat
mereka menuju ke kediaman kedua Raja Hutan itu.
Sesampainya
di kediaman Kedua Raja Hutan, Patih King Kong bergegas menemui Bibi Emban
Beruang. Saat itu, Bibi Emban Beruang sedang menjemur pakaian di halaman
belakang.
'Bibi Emban..Cepat ke sini..Lihat, deh..Ini!!' seru Patih King Kong
ceria.
'Hai, Patih King Kong..Ada apa?' tanya Bibi Emban Beruang sambil
berjalan menghampiri Patih King Kong.
'Ini,' jawab Patih King Kong seraya mengulurkan bayi yang ada di gendongannya kepada Bibi Emban, 'Lucu bangeeeeeeeeeeeeet, Bibi, '
sambungnya berseru gemas.
'Ahhhhh..Bayiiiii..lucu sekaliiiiiiiii..Sini, biar kugendong,' seru Bibi
Emban Beruang sambil meraih bayi dalam gendongan Patih King Kong. 'Nemu
di mana?' tanyanya lagi.
'Di hutan..,' jawab Patih King Kong. Senyum ceria melarik di
wajahnya. 'Kedua Raja minta tolong Bibi untuk membersihkan bayi ini dan
memberinya makan,' kata Patih King Kong seraya mengelus lembut pipi bayi
itu. Seolah diajak bermain, tangan bayi itu menggapai-gapai sambil
tertawa-tawa.
'Baiklah..Mari, Nak..kita bersihkan dirimu..Duhhh, Cayyangggg,' kata
Bibi Emban Beruang sambil berlalu menuju kamarnya. Bibi Emban Beruang kemudian memandikan
bayi itu dan memberinya makan.
Senyum lembut tak lepas dari bibirnya. Sambil bersenandung kecil Bibi Emban Beruang menimang bayi itu untuk menidurkannya. Senandungnya lembut..lirih..
'Betapakah
hati takkan riang bila kau bergurau dan tertawa..S'mogalah jadi orang berguna,
Sayang..Riang gembira sepanjang masa.'
Meski
macan dan singa sering berduel, bukan berarti ini kali pertama mereka mengasuh seorang anak manusia bersama-sama. Sudah jutaan anak manusia berada di bawah
asuhan mereka. Ada jutaan anak manusia yang diasuh oleh macan, begitu
pula dengan yang diasuh singa. Dan..tak sedikit yang diasuh bersama oleh
keduanya. Bayi yang mereka temukan malam itu adalah salah satunya.
Sejak saat itu, sang bayi diasuh oleh kedua Raja Hutan. Mereka membekali bayi
itu dengan ilmu-ilmu kehidupan. Keduanya terkenal dengan kekuatan dan
keberaniannya dalam berperang. Ada untaian harap yang terselip di hati
mereka..kelak, ketika si bayi dewasa hidupnya akan diisi oleh kebahagiaan dan
kebaikan-kebaikan; kejujuran, kemurahhatian, kebijaksanaan, kesetiaan, dan
kesabaran.
Waktu
menggelinding..
Ribuan
senja telah terlalui..
Sang bayi kini telah beranjak dewasa..
Di satu
malam.
Di langit berpendar cahaya kesukaan..
Bulan tampak penuh menerangi semesta..
Lantunan kidung malam turut menyemarakkan alam..
Di tempat kediaman Raja Hutan, macan dan singa
tengah duduk-duduk menikmati bintang dan kunang-kunang yang menari.
'Bro..gimana?..Kamu memperhatikan perkembangan bayi yang kita temukan waktu
itu?' tanya
macan kepada singa memecah kesunyian.
'Tentulah..Emang kenapa?..Ada masalah?' singa balik bertanya sambil
mematikan rokok yang sedang dihisapnya. Diambilnya ketela rebus yang ada di
meja.
'Gadapapa, sih..Cuma, menurutmu gimana?' macan bertanya lagi sambil
menyeruput kopi di dalam cangkir yang dipegangnya dan menaruhnya kembali di meja.
'Hmmm..Menurutku,
sih..dia anak yang baik..Cuma, ada ganjelan dikit, nih,' kata singa.
'Apa, tuh?' tanya macan.
'Bukan gimana, kita kan
terkenal sebagai Raja Hutan. Kita terkenal akan kekuatan kita..juga keberanian
kita..Tapi, ngeliat anak itu..aku koq jadi ragu..Apakah kita belum memberikan
bekal yang cukup, ya?..Seengganya, dia kan bisa jadi pemberang tapi pemberani.' ujar singa. 'Hmmm..Ketela rebus ini emang
kesukaanku.. Nikmat sekali, pulen banget,' sambungnya mengomentari
ketela rebus ke dua yang tengah dilahapnya.
'Iya..aku juga mikir begitu, bro..Kamu liat ga sikapnya kalo hujan datang
disertai petir yang menyambar?' tanya macan kemudian sambil ikut mengambil
sebuah ketela rebus.
'Iya..aku selalu memperhatikan..Gimana mo disebut pemberani?..Setiap hujan
datang disertai petir dia selalu mencari tempat sembunyi. Menutupi muka dan
kuping dengan bantal...ha..ha..,' ujar singa sambil tertawa geli.
Sudah tiga buah ketela rebus yang dilahapnya.
'Iya..apalagi kalo nonton film perang ma horor ya?..ha..ha..Itu mah ga
nonton..Nonton judulnya aja..Selanjutnya, nonton di balik bantal..Nonton apaan
kalo sepanjang pertunjukkan matanya ditutupin bantal..Baru dibuka kalo
filmnya dah abis..ha..ha..,' timpal macan juga sambil tertawa geli.
Dia juga terlihat sangat menikmati ketela rebus itu. 'Ini ketela
darimana, sih?..Tumben pulen banget,' seraya mengambil ketela untuk
kedua kalinya.
'Kata
Bibi Emban, tadi pagi, Petani Kelinci membawakan hasil kebunnya untuk kita,' jawab singa sambil menyalakan kembali
rokoknya.
'Iya..katanya,
kalo pilem perang terlalu banyak kekerasan..ledakan..juga senapan..,' sambung singa.
'Kan, film perang..ya pastilah banyak letusan..senapan..juga ledakan..Duhhhh..gimana,
sih?' ujar macan bingung.
'Tapi, suka denger kalo dia nyanyi, ga?..hi..hi..,' macan tertawa
geli..sangat geli.
'Iya..ha..ha..Kasian kalo ngedenger dia nyanyi..Mungkin maksudnya ingin
semerdu burung nuri bernyanyi..Tapi, apadaya..suara yang keluar kaya
kelinci..ha..ha...' singa menambahkan sambil tertawa geli.
Keduanya terpingkal-pingkal mengingat hal itu.
Kemudian..
Ketika
keduanya kembali tenang..
'Dia itu pemalu..bukan penakut,' kata macan tiba-tiba. Kali
ini, dengan suara yang lebih serius.
'Maksudnya?..Pemalu
itu..tukang bikin malu?..hi..hi..,' ujar singa sambil mengeluarkan asap rokok yang dihisapnya
berbentuk bulatan-bulatan.
'Iya..Macan
yang pemalu,' kata
macan seakan menegaskan kepada diri
sendiri.
'Koq,
macan?..Kenapa ga leo? Tapi, dia anak manusia, kan?' tanya singa heran.
'Justru itu..Biar gimana dia anak manusia yang macan..Manis dan cantik. Kita
harus akui itu,' kata macan bijak
'Oh iya..Yup, aku setuju..Macan yang pemalu,' ujar singa mengulangi kata-kata
macan tadi. Selarik senyum menghiasi wajahnya.
'Eh..iya..Siapa nama asli bocah itu?' tanya macan.
'Julie
Vidianti..kita memanggilnya Pipit..,' jawab singa masih sambil
tersenyum.
'Iya..Pipit..ada dekik di kedua pipinya bila tertawa,' tambah macan
seraya mengeluarkan sebuah dompet dari saku bajunya. Dibukanya dompet itu dan
dikeluarkannya sebuah foto.
'Ini fotonya,
'Deal, dunk, Bro..Cuma, mungkin..ada beberapa wilayah yang menganggap hanya salah satu dari kita sebagai Raja Hutan..Tapi, pastinya..Kita berdua adalah Raja Hutan,' jawab singa sambil membetulkan letak duduknya.
'Iya, aku juga ga mau, ah dipanggil dengan sebutan Raja..Raja Singa, mengingatkan pada suatu penyakit. Ku taksukataksukataksuka,' kata singa.
'Bagaimana kalo aku memanggilmu 'Bunga'?' tanya macan kemudian.
'Biar terdengar lebih imut,' jawab macan sekenanya.
'Hmmmm..iya juga, sih..eh, panggil aku Leo aja, deh..,' jawab singa.
Suatu malam..
Ketika bintang tengah menggugus leo dan tahun menciri macan
Kedua Raja Hutan tampak berjalan-jalan santai berkeliling hutan menikmati suasana malam. Mereka berbincang tentang peristiwa-peristiwa yang akhir-akhir ini sedang terjadi.
Di langit berpendar cahaya keindahan ketika kedua Raja Hutan tersebut terkejut mendengar suara bayi manusia di kejauhan. Keduanya bergegas menghampiri asal suara.Tampak oleh mereka seorang bayi perempuan, mungil..kulitnya kemerahan..rambutnya hitam lurus. Bayi itu berada dalam sebuah keranjang buaian. Macan dan singa kaget bercampur gembira. Sesaat suasana menjadi hening.
'Iya..bayi..lucu sekali..imut-imut banget. Sudah lama kita tak menemukan bayi..Panggil Patih King Kong..Biar dia yang 'kan membawanya ke tempat kita,' kata macan.
Kemudian macan dan singa mengaum..Auman yang berarti panggilan. Auman mereka didengar Sang Patih King Kong yang saat itu tengah berada di pos jaga. Mendengar auman kedua raja hutan seperti itu, secepat kilat, Patih King Kong menuju lokasi di mana kedua Raja Hutan saat itu berada.
'Siap, Bos. Ada tugas untuk saya?' tanya Sang Patih kepada macan dan singa.
'Kamu bawa bayi ini ke tempat kita,' perintah singa sambil menunjuk bayi itu. Wajahnya tampak berseri-seri gemas melihat sang bayi yang tengah tertawa-tawa senang seakan sedang diajak bermain oleh mereka.
'WAWWWW..bayiiiiii..lucunyaaaaaaaaa..duhhhh, imut-imut banget, sih..Sini, biar kugendong kamu, Nak,' ujar Sang patih King Kong seraya mengambil bayi itu ke dalam dekapannya.
'Bibi Emban..Cepat ke sini..Lihat, deh..Ini!!' seru Patih King Kong ceria.
'Hai, Patih King Kong..Ada apa?' tanya Bibi Emban Beruang sambil berjalan menghampiri Patih King Kong.
'Ini,' jawab Patih King Kong seraya mengulurkan bayi yang ada di gendongannya kepada Bibi Emban, 'Lucu bangeeeeeeeeeeeeet, Bibi, ' sambungnya berseru gemas.
'Ahhhhh..Bayiiiii..lucu sekaliiiiiiiii..Sini, biar kugendong,' seru Bibi Emban Beruang sambil meraih bayi dalam gendongan Patih King Kong. 'Nemu di mana?' tanyanya lagi.
'Di hutan..,' jawab Patih King Kong. Senyum ceria melarik di wajahnya. 'Kedua Raja minta tolong Bibi untuk membersihkan bayi ini dan memberinya makan,' kata Patih King Kong seraya mengelus lembut pipi bayi itu. Seolah diajak bermain, tangan bayi itu menggapai-gapai sambil tertawa-tawa.
'Baiklah..Mari, Nak..kita bersihkan dirimu..Duhhh, Cayyangggg,' kata Bibi Emban Beruang sambil berlalu menuju kamarnya. Bibi Emban Beruang kemudian memandikan bayi itu dan memberinya makan.
Sejak saat itu, sang bayi diasuh oleh kedua Raja Hutan. Mereka membekali bayi itu dengan ilmu-ilmu kehidupan. Keduanya terkenal dengan kekuatan dan keberaniannya dalam berperang. Ada untaian harap yang terselip di hati mereka..kelak, ketika si bayi dewasa hidupnya akan diisi oleh kebahagiaan dan kebaikan-kebaikan; kejujuran, kemurahhatian, kebijaksanaan, kesetiaan, dan kesabaran.
Sang bayi kini telah beranjak dewasa..
Di langit berpendar cahaya kesukaan..
Bulan tampak penuh menerangi semesta..
Lantunan kidung malam turut menyemarakkan alam..
'Bro..gimana?..Kamu memperhatikan perkembangan bayi yang kita temukan waktu itu?' tanya macan kepada singa memecah kesunyian.
'Tentulah..Emang kenapa?..Ada masalah?' singa balik bertanya sambil mematikan rokok yang sedang dihisapnya. Diambilnya ketela rebus yang ada di meja.
'Gadapapa, sih..Cuma, menurutmu gimana?' macan bertanya lagi sambil menyeruput kopi di dalam cangkir yang dipegangnya dan menaruhnya kembali di meja.
'Apa, tuh?' tanya macan.
'Bukan gimana, kita kan terkenal sebagai Raja Hutan. Kita terkenal akan kekuatan kita..juga keberanian kita..Tapi, ngeliat anak itu..aku koq jadi ragu..Apakah kita belum memberikan bekal yang cukup, ya?..Seengganya, dia kan bisa jadi pemberang tapi pemberani.' ujar singa. 'Hmmm..Ketela rebus ini emang kesukaanku.. Nikmat sekali, pulen banget,' sambungnya mengomentari ketela rebus ke dua yang tengah dilahapnya.
'Iya..aku juga mikir begitu, bro..Kamu liat ga sikapnya kalo hujan datang disertai petir yang menyambar?' tanya macan kemudian sambil ikut mengambil sebuah ketela rebus.
'Iya..aku selalu memperhatikan..Gimana mo disebut pemberani?..Setiap hujan datang disertai petir dia selalu mencari tempat sembunyi. Menutupi muka dan kuping dengan bantal...ha..ha..,' ujar singa sambil tertawa geli. Sudah tiga buah ketela rebus yang dilahapnya.
'Iya..apalagi kalo nonton film perang ma horor ya?..ha..ha..Itu mah ga nonton..Nonton judulnya aja..Selanjutnya, nonton di balik bantal..Nonton apaan kalo sepanjang pertunjukkan matanya ditutupin bantal..Baru dibuka kalo filmnya dah abis..ha..ha..,' timpal macan juga sambil tertawa geli. Dia juga terlihat sangat menikmati ketela rebus itu. 'Ini ketela darimana, sih?..Tumben pulen banget,' seraya mengambil ketela untuk kedua kalinya.
'Kan, film perang..ya pastilah banyak letusan..senapan..juga ledakan..Duhhhh..gimana, sih?' ujar macan bingung.
'Tapi, suka denger kalo dia nyanyi, ga?..hi..hi..,' macan tertawa geli..sangat geli.
'Iya..ha..ha..Kasian kalo ngedenger dia nyanyi..Mungkin maksudnya ingin semerdu burung nuri bernyanyi..Tapi, apadaya..suara yang keluar kaya kelinci..ha..ha...' singa menambahkan sambil tertawa geli.
Keduanya terpingkal-pingkal mengingat hal itu.
'Dia itu pemalu..bukan penakut,' kata macan tiba-tiba. Kali ini, dengan suara yang lebih serius.
'Justru itu..Biar gimana dia anak manusia yang macan..Manis dan cantik. Kita harus akui itu,' kata macan bijak
'Oh iya..Yup, aku setuju..Macan yang pemalu,' ujar singa mengulangi kata-kata macan tadi. Selarik senyum menghiasi wajahnya.
'Eh..iya..Siapa nama asli bocah itu?' tanya macan.
'Iya..Pipit..ada dekik di kedua pipinya bila tertawa,' tambah macan seraya mengeluarkan sebuah dompet dari saku bajunya. Dibukanya dompet itu dan dikeluarkannya sebuah foto.
'Ini fotonya,
macan pemalu |
kata macan. 'Foto terkini.' sambungnya lagi sambil menyerahkan foto itu kepada singa.
Singa tersenyum lebar seraya berkata..'Iya..Dia memang macan yang pemalu.'
:-D
malam terus bergulir..
ditemani kerlipan bintang, bulan tampak penuh seperti
cincin raksasa yang melingkar di angkasa..
malam yang bersolek..
bersiap
menyambut datangnya hari baru
Nb :
mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun peristiwa.
cerita di atas hanya sebuah cerita fiktif belaka.
mohon maaf juga jika cerita di atas tak sesuai dengan harapan juga tak berkenan di hati.
*_^
whoahahahahahahahahahhahahahahahhaha.....
BalasHapuskenapa, Mas Anton?..merasa ada kesamaan dengan salah satu tokoh di atas?..:-))
BalasHapustrs gmana nasib gadis itu? Jd pendekar rimba at pecinta film horor? Ha ha ha
BalasHapusBang BS..hmm..jadi penyanyi..ha..ha..rahasia, atuh..tunggu ceritanya nti..*cieeeeee..;-)
BalasHapus