Pages

Minggu, 22 Maret 2015

MISTERI DI SUATU MALAM

(bag 4) Gadis Pemimpi

Cahaya siang mulai datang..
Merangkak pelan mengusir pagi..
Sedikit hangat..
Karena hari belumlah matang..

Terdengar rintihan dari kamar belakang. Aku segera menuju ke sana. Lelaki itu sudah siuman. Matanya tak lagi berurai air mata. Tatapannya tak lagi kosong. Lebam-lebamnya hampir tak berbekas. Tak ada lagi darah yang ke luar dari hidung juga bibirnya. Warna mukanya tak lagi pucat. Terlihat segar. Dan, tampan. ;-)

MISTERI DI SUATU MALAM

(bag 3) Racun Jatuh Cinta

Angin mendesir sendu..
Menyapu kerimbunan perdu..
Ilalang bagai menari..
Rumput lembab mendekap embun jernih..

Wanita tua itu berjalan dengan tegak diikuti ketujuh lelaki yang berbadan kekar dan gagah. Ada suatu kesal terlihat di wajah wanita tua itu. Kerut di ujung bibir dan matanya tak mampu disembunyikan oleh polesan bedak yang tebal. Kebaya yang dikenakannya terbuat dari kain sutra terbaik.  Wewangian yang menyengat menguar dari tubuhnya ketika angin berhembus.

MISTERI DI SUATU MALAM

(bag 2) Racun Patah Hati

Tamu misterius itu sedang meringkuk di kolong tempat tidur. Masih berurai air mata dan tubuhnya menggigil. Mukanya semakin pucat. Darah sudah berhenti keluar dari hidung dan bibirnya. Lebam-lebam biru di tubuh dan sekitar mata terlihat semakin nyata. Disertai rasa kaget dan kebingungan, aku berusaha membawanya ke luar dari kolong tempat tidur itu.

Ya Ampun..Ayo, Mas..keluar dari situ..Sekarang, keadaan dah aman..Mereka dah pergi semua..Malam ini, akan baik-baik saja..Ayo..jangan di situ terus,’ ajakku seraya berusaha membujuknya keluar dari kolong tempat tidur.

Tamu misterius itu menatapku dengan pandangan kosong. Air matanya terus mengalir. Dia tak mengatakan apa-apa. Entah kenapa, suaranya seperti menghilang.

MISTERI DI SUATU MALAM

(bag 1) Tamu Misterius

Malam melayap sepi..
Bulan malu bersembunyi di peraduan..
Bintang menyepi di balik awan..
Kunang-kunang berlari..tampaknya enggan menari di bawah sinar temaram..
Suara cengkerik hilang nada..
senyap..
Malam seakan hilang wajah..

Kututup daun jendela dan menuju tempat tidur. Kubaringkan tubuh, rasa lelah yang sangat membuatku langsung terlelap dalam hitungan detik. Baru saja  kuterlelap ketika mendengar suara gedoran di pintu depan rumah. Segera aku bangun dan duduk mempertegas suara tadi. Terdengar kembali gedoran. Kali ini makin keras. Ada suara lirih..

Tolongggg…,’ suara yang lirih memecah kesunyian.